Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
"Maka lihatlah orang yang memanami suatu kebun dari kebun-kebun yang ada, yang dia itu ahli bercocok tanam, menanami kebun, merawatnya dengan pengairan dan perbaikan, hingga pepohonannya itu berbuah, lalu petani ini memisahkan urat-uratnya, memotongi dahan-dahannya, karena dia tahu bahwasanya jika dibiarkan sesuai keadaannya itu maka buahnya tidak bagus. Dia memberinya makan (sistem menyambung atau menempel) dari pohon yang buahnya bagus, sampai jika pohon yang ini telah menempel dengan pohon yang itu, dan menyatu, serta memberikan buahnya, si petani mendatanginya dengan alat potongnya, dia memotongi dahan-dahannya yang lemah yang bisa menghilangkan kekuatan pohon itu, dan menimpakan padanya sakitnya dipotong dan sakitnya kena besi demi kemaslahatan dan kesempurnaan pohon itu, agar menjadi baiklah buahnya untuk dihadirkan kepada para raja. Kemudian si petani tidak membiarkan pohon tadi mengikuti tabiatnya untuk makan dan minum sepanjang waktu, bahkan di suatu waktu dia membikinnya haus, dan di waktu yang lain dia memberinya minum, dan tidak membiarkan air senantiasa menggenanginya sekalipun yang demikian itu membuat daunnya lebih hijau dan lebih mempercepat tumbuhnya. Kemudian dia menuju kepada hiasan tersebut yang dengannya pohon tadi berhias, yaitu dedaunannya, dia membuang banyak sekali dari hiasannya tadi karena hiasannya itu menghalangi kesempurnaan kematangan buah dan kesetimbangannya sebagaimana di pohon anggur dan semisalnya. Dia memotong bagian-bagiannya dengan besi dan membuang banyak hiasannya. Dan yang demikian itu adalah benar-benar kemaslahatan untuk pohon itu. Seandainya pohon itu punya indra pembeda dan alat pengetahuan seperti hewan, pastilah dia akan menduga bahwasanya perlakuan tadi merusak dirinya dan membahayakan dirinya, padahal itu benar-benar kemaslahatan untuk dirinya. Demikian pula seorang bapak yang berbelas kasihan pada anaknya, yang tahu akan kemaslahatan anaknya, jika dia melihat kemaslahatannya itu ada pada pengeluaran darah yang rusak dari badannya, sang bapak akan melukai kulitnya dan memotong uratnya serta menimpakan padanya rasa yang sangat sakit. Dan jika dia melihat kesembuhan sang anak ada pada pemotongan salah satu anggota badannya, dia akan memisahkan anggota badan tersebut darinya. Yang demikian itu adalah kasih sayang untuknya dan belas kasihan untuknya. Dan jika dia melihat bahwasanya kemaslahatan anaknya itu ada pada penahanan pemberian, dia tidak memberi anaknya dan tidak memperluas pemberian untuknya karena dia mengetahui bahwasanya hal itu adalah sebab terbesar bagi kerusakannya dan kebinasaannya."
Al Fawaid hal. 92
_____________________
F. I. S Forum Ikhwah Salafiyyin
منتدى الإخوان السلفيين
ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻓﺎﻧﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻏﺎﺭﺱ ﺟﻨﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺕ ﺧﺒﻴﺮ ﺑﺎﻟﻔﻼﺣﺔ ﻏﺮﺱ ﺟﻨﺔ ﻭﺗﻌﺎﻫﺪﻫﺎ ﺑﺎﻟﺴﻘﻲ
ﻭﺍﻹﺻﻼﺡ، ﺣﺘﻰ ﺃﺛﻤﺮﺕ ﺃﺷﺠﺎﺭﻫﺎ، ﻓﺄﻗﺒﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻳﻔﺼﻞ ﺃﻭﺻﺎﻟﻬﺎ، ﻭﻳﻘﻄﻊ ﺃﻏﺼﺎﻧﻬﺎ، ﻟﻌﻠﻤﻪ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺧﻠﻴﺖ ﻋﻠﻰ ﺣﺎﻟﻬﺎ ﻟﻢ ﺗﻄﺐ ﺛﻤﺮﺗﻬﺎ، ﻓﻴﻄﻌﻤﻬﺎ ﻣﻦ ﺷﺠﺮﺓ ﻃﻴﺒﺔ ﺍﻟﺜﻤﺮﺓ، ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍ ﺍﻟﺘﺤﻤﺖ ﺑﻬﺎ ﻭﺍﺗﺤﺪﺕ ﻭﺃﻋﻄﺖ ﺛﻤﺮﺗﻬﺎ
ﺃﻗﺒﻞ ﺑﻘﻠﻤﻬﺎ ﻭﻳﻘﻄﻊ ﺃﻏﺼﺎﻧﻬﺎ ﺍﻟﻀﻌﻴﻔﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺬﻫﺐ ﻗﻮﺗﻬﺎ، ﻭﻳﺬﻳﻘﻬﺎ ﺃﻟﻢ ﺍﻟﻘﻄﻊ ﻭﺍﻟﺤﺪﻳﺪ ﻟﻤﺼﻠﺤﺘﻬﺎ ﻭﻛﻤﺎﻟﻬﺎ ﻟﺘﺼﻠﺢ ﺛﻤﺮﺗﻬﺎ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﺑﺤﻀﺮﺓ ﺍﻟﻤﻠﻮﻙ . ﺛﻢ ﻻ ﻳﺪﻋﻬﺎ ﻭﺩﻭﺍﻋﻲ ﻃﺒﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﺏ ﻛﻞ ﻭﻗﺖ، ﺑﻞ ﻳﻌﻄﺸﻬﺎ ﻭﻗﺘﺎ ﻭﻳﺴﻘﻴﻬﺎ ﻭﻗﺘﺎ ﻭﻻ ﻳﺘﺮﻙ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺩﺍﺋﻤﺎ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﺃﺧﻀﺮ ﻟﻮﺭﻗﻬﺎ ﻭﺃﺳﺮﻉ ﻟﻨﺒﺎﺗﻬﺎ، ﺛﻢ ﻳﻌﻤﺪ ﺇﻟﻰ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺯﻳﻨﺖ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻷﻭﺭﺍﻕ ﻓﻴﻠﻘﻰ ﻋﻨﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻣﻨﻬﺎ ﻷﻥ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﺗﺤﻮﻝ ﺑﻴﻦ ﺛﻤﺮﺗﻬﺎ ﻭﺑﻴﻦ ﻛﻤﺎﻝ ﻧﻀﺠﻬﺎ ﻭﺍﺳﺘﻮﺍﺋﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺷﺠﺮ ﺍﻟﻌﻨﺐ ﻭﻧﺤﻮﻩ. ﻓﻬﻮ ﻳﻘﻄﻊ ﺃﻋﻀﺎﺀﻫﺎ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺪ ﻭﻳﻠﻘﻰ ﻋﻨﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻣﻦ ﺯﻳﻨﺘﻬﺎ . ﻭﺫﻟﻚ ﻋﻴﻦ ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﺎ. ﻓﻠﻮ ﺃﻧﻬﺎ ﺫﺍﺕ ﺗﻤﻴﻴﺰ ﻭﺇﺩﺭﺍﻙ ﻛﺎﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﻟﺘﻮﻫﻤﺖ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﺇﻓﺴﺎﺩ ﻟﻬﺎ ﻭﺇﺿﺮﺍﺭ ﺑﻬﺎ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻋﻴﻦ ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﺎ. ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺍﻷﺏ ﺍﻟﺸﻔﻴﻖ ﻋﻠﻰ ﻭﻟﺪﻩ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺑﻤﺼﻠﺤﺘﻪ ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻯ ﻣﺼﻠﺤﺘﻪ ﻓﻲ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﺍﻟﺪﻡ ﺍﻟﻔﺎﺳﺪ ﻋﻨﻪ ﺑﻀﻊ ﺟﻠﺪﻩ ﻭﻗﻄﻊ ﻋﺮﻭﻗﻪ ﻭﺃﺫﺍﻗﻪ ﺍﻷﻟﻢ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪ، ﻭﺇﻥ ﺭﺃﻯ ﺷﻔﺎﺀ ﻓﻲ ﻗﻄﻊ ﻋﻀﻮ ﻣﻦ ﺃﻋﻀﺎﺋﻪ ﺃﺑﺎﻧﻪ ﻋﻨﻪ . ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﺭﺣﻤﺔ ﺑﻪ ﻭﺷﻔﻘﺔ ﻋﻠﻴﻪ. ﻭﺇﻥ ﺭﺃﻯ ﻣﺼﻠﺤﺘﻪ ﻓﻲ ﺃﻥ ﻳﻤﺴﻚ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﻌﻄﺎﺀ ﻟﻢ ﻳﻌﻄﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﻮﺳﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻌﻠﻤﻪ ﺇﻥ ﺫﻟﻚ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﺇﻟﻰ ﻓﺴﺎﺩﻩ ﻭﻫﻼﻛﻪ.
ﺍﻟﻔﻮﺍﺋﺪ ﺹ 92